Surabaya – Proyek pembangunan saluran beton precast U-Ditch di kawasan Jalan Gubeng Pojok Dalam, Kelurahan Ketabang, Kecamatan Genteng Surabaya, menuai sorotan warga. Pasalnya, proyek yang bersumber dari APBD Kota Surabaya Tahun Anggaran 2025 tersebut tidak dilengkapi papan nama kegiatan, namun pekerjaan tetap berjalan sejak Rabu (29/10/2025). Kondisi ini menimbulkan dugaan adanya proyek “siluman” yang tidak transparan dan berpotensi tidak sesuai spesifikasi teknis.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ditemukan sejumlah indikasi pelanggaran teknis dalam pelaksanaan proyek. Salah satunya, lantai dasar saluran tidak dibuat, padahal komponen tersebut penting untuk menjaga ketahanan dan kestabilan struktur beton U-Ditch berukuran 40×60 cm. Selain itu, aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tampak diabaikan, karena para pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
Kondisi lain yang mencolok, pemasangan box culvert terlihat tidak lurus alias berbelok seperti ular. Bahkan, urugan dari hasil pengerukan kembali digunakan untuk menimbun sisi kanan dan kiri saluran, bukan material sirtu sebagaimana ketentuan teknis.
“Terlihat tutup box bagian ujung yang sudah gupil tetap dipasang, dan pengawas proyek tidak menegur,” ungkap seorang warga kepada awak media di lokasi.
Saat dikonfirmasi mengenai tidak adanya papan nama proyek, mandor lapangan bernama Anas mengaku akan melaporkan hal itu kepada atasannya. “Besok saya sampaikan ke bos biar dibuatkan dan dipasang,” ujarnya singkat. Namun saat ditanya mengenai nama perusahaan pelaksana, Anas mengaku tidak mengingat apakah CV atau PT mana yang mengerjakan proyek tersebut.
Temuan lain menunjukkan bahwa proses pemasangan precast dilakukan tanpa pemadatan dasar, hanya asal pasang. Akibatnya, kemiringan elevasi saluran sulit dikontrol dan berpotensi membuat aliran air tidak optimal. Beberapa titik U-Ditch bahkan tampak miring, sehingga mutu dan daya tahannya patut dipertanyakan.
Selain itu, material urugan yang digunakan berasal dari tanah lempung bekas galian, bukan sirtu (pasir batu) sebagaimana disyaratkan dalam dokumen teknis. “Seharusnya urugan memakai sirtu, bukan tanah bekas. Kalau begini, daya tahan saluran dan jalan di atasnya bisa cepat rusak,” ujar sumber lain di lapangan.
Pekerjaan bak kontrol dan resapan air juga belum tampak dibangun, padahal bagian ini krusial dalam sistem drainase. Elevasi tinggi saluran diduga tidak seragam dengan jalan paving di sekitarnya, yang bisa mengganggu aliran air saat musim hujan.
“Jika benar pekerjaan ini tidak sesuai spesifikasi, maka potensi kerugian negara sangat mungkin terjadi,” kata seorang pemerhati infrastruktur Surabaya saat dimintai tanggapan.
Proyek yang seharusnya menjadi solusi banjir di kawasan Gubeng ini justru dikhawatirkan akan menjadi sumber masalah baru, apabila kualitas pengerjaan dibiarkan di bawah standar. Jer












