Tulungagung – Mata Air Nguri, salah satu sumber kehidupan utama masyarakat Tulungagung, kini terancam oleh tumpukan sampah plastik sekali pakai. Kondisi ini mendorong pegiat lingkungan, komunitas, dan mahasiswa turun langsung melakukan aksi bersih-bersih sekaligus brand audit pada Minggu (14/9).
Aksi ini diprakarsai ECOTON bersama ALWI (Aliansi Gunung Wilis), Pokdarwis Sukoharjo, Aliansi Mahasiswa Pelindung Tulungagung, Bawana Mapala UNISBA Blitar, Kismapala, PMII UIN Satu, dan Mapala Himalaya UIN Satu Tulungagung. Mereka bergotong royong membersihkan kawasan sumber air dan mencatat jenis serta merek sampah plastik yang paling banyak ditemukan.
Hasil Brand Audit: Perusahaan Besar Jadi Penyumbang
Dari hasil pengumpulan, beberapa merek teridentifikasi sebagai penyumbang sampah terbesar:
- Wings: 459 kemasan
- Unilever: 170 kemasan
- PNG: 31 kemasan
- Garuda Food: 11 kemasan
- Siantar Top: 11 kemasan
- Mayora: 9 kemasan
- Le Minerale: 5 kemasan
- Tidak bermerek (unbrand): 145 kemasan
Bahaya Mikroplastik
Sampah plastik sekali pakai tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berpotensi mencemari air minum. Mikroplastik dari kemasan yang terurai bisa masuk ke tubuh manusia. Penelitian terkini menunjukkan mikroplastik ditemukan dalam organ manusia dan berpotensi memicu penyakit serius.
Suara Aksi
Peserta aksi menegaskan pentingnya perubahan pola konsumsi dan tanggung jawab produsen:
- Muhammad Afif (Bawana Mapala UNISBA Blitar): “Apa yang kita buang, itu yang kita makan. Edukasi masyarakat soal bahaya plastik harus diperkuat.”
- Pak Dodik (Pokdarwis Sukoharjo): “Perusahaan harus ikut bertanggung jawab menjaga kualitas mata air, bukan hanya menjual kemasan.”
- Jofan Ahmad (ECOTON): “Gerakan rutin seperti ini penting untuk memetakan sumber sampah dan menyusun solusi tepat sasaran.”
- Nabila (Ketua Mapala Himalaya UIN Satu Tulungagung): “Jika perusahaan top polluter diam, berarti mereka menikmati perusakan rumah kita: alam.”
Seruan Berkelanjutan
Aliansi Pelindung Tulungagung menegaskan komitmennya menjaga kualitas lingkungan. Mereka menuntut perusahaan penghasil sampah plastik tidak lagi lepas tangan, melainkan mengambil tanggung jawab penuh.
“Air adalah sumber kehidupan. Kami tidak akan diam jika Tulungagung diracun diam-diam,” tegas pernyataan aliansi. (Tio)